Hujan deras menyambut aku saat aku melangkah keluar dari kantor, seakan alam tahu kalau aku sedang bingung dan ragu. Angin kencang menggoyangkan payung yang kupegang, dan aku hanya bisa terdiam, memandang jalanan yang sudah basah kuyup. Di tengah-tengah semua itu, aku tahu, ada satu hal yang harus kutuntaskan—janji yang sudah lama kubuat, janji yang rasanya seperti slot gacor yang aku tunggu-tunggu, tapi tak kunjung datang.
Beberapa minggu lalu, aku bertemu dengan Sari di sebuah kafe. Waktu itu, dia terlihat berbeda—lebih dewasa dan lebih matang. Kami ngobrol banyak hal, tentang kehidupan, tentang cinta, dan akhirnya tentang masa lalu yang sempat membekas di hati kami. Aku tahu, ada sesuatu yang tak terungkapkan di antara kami, perasaan yang masih terpendam, dan kata-kata yang belum pernah dilontarkan. Rasanya seperti lagi main scatter hitam pragmatic di mesin slot—peluangnya ada, tapi nggak selalu datang.
Sari menyentuh tanganku dengan lembut, lalu berkata, “Kita harus bicara lagi, kan? Tentang apa yang dulu kita sembunyikan.”
Aku tahu itu, dan aku juga merasa kalau waktunya sudah tiba. Tapi, seperti permainan slot gacor, aku ragu apakah kesempatan ini akan membawa jackpot yang kita harapkan atau justru malah memunculkan kegagalan yang bikin kita jatuh lagi.
Dan hari ini, tepatnya malam ini, hujan deras, adalah waktunya. Kami sudah membuat janji untuk bertemu, dan aku nggak ingin mundur lagi. Hujan ini seolah menjadi latar belakang dari semua perasaan yang ingin aku ungkapkan. Aku menyusuri jalan, menahan dingin dan basah, berpikir tentang apa yang harus kubicarakan.
Beberapa menit kemudian, aku sampai di tempat yang sudah kami tentukan. Sari sudah duduk di pojok kafe, matanya yang biasanya ceria sekarang tampak sedikit cemas. Begitu melihatku, senyum tipis muncul di wajahnya. “Kamu datang juga,” katanya, suara lembut namun penuh makna.
Aku duduk di hadapannya, dan untuk beberapa detik kami hanya diam, seolah menunggu kata-kata yang akan keluar. Aku tahu, ini saatnya—saat untuk membuka semua yang ada di dalam hati.
“Sari,” aku mulai, “aku nggak pernah berhenti mikirin kamu, walaupun kita udah nggak sering ketemu. Aku takut kalau aku nggak ngomong sekarang, aku bakal nyesel lagi.”
Dia menatapku serius, lalu menunduk, seakan berpikir. Aku tahu dia merasa hal yang sama, tapi seperti permainan slot gacor yang sulit ditebak, kami berdua nggak pernah tahu apakah kata-kata itu akan membawa kami menuju jackpot kebahagiaan, atau malah ke kegagalan yang membuat semuanya jauh lebih rumit.
“Aku juga,” jawabnya pelan, “Tapi kita nggak bisa kembali ke masa lalu, kan? Kita harus lanjut maju.”
Aku terdiam, dan hujan semakin deras. Suara rintikannya seperti musik latar yang menambah kesan dramatis. “Aku ngerti, Sari. Tapi, apa salahnya kalau kita coba lagi? Kita nggak akan tahu kalau kita nggak coba, kan?”
Kami duduk sejenak, mendengarkan suara hujan, mencoba meresapi kata-kata yang baru saja keluar dari mulutku. Rasanya seperti saat kamu main slot gacor, terus berharap scatter hitam pragmatic datang dan ngasih kamu kemenangan besar. Aku berharap itu bisa terjadi antara kami—peluang untuk mendapatkan kebahagiaan yang selama ini kami cari.
Sari kemudian tersenyum, dan aku bisa merasakan kalau hatinya juga mulai terbuka. “Oke, kita coba. Tapi kita nggak akan langsung melompat ke yang besar. Pelan-pelan aja dulu.”
Aku mengangguk, merasa lega. Ternyata, ini seperti permainan slot gacor yang akhirnya mengeluarkan jackpot. Mungkin kami nggak langsung tahu apa yang akan terjadi, tapi yang penting adalah kami berani mencoba lagi. Dan seperti halnya bermain scatter hitam pragmatic, kadang-kadang kita harus berani mengambil risiko, meski hasilnya nggak selalu pasti.
Akhirnya, kami berdua berdiri dan meninggalkan kafe. Hujan yang masih mengguyur tak lagi terasa begitu dingin, malah terasa hangat karena janji yang baru saja kami buat. Mungkin ini bukan akhir dari segalanya, tapi aku tahu ini adalah awal dari babak baru dalam hidup kami. Semoga saja, seperti slot gacor yang terus mengalir, kesempatan ini bisa membawa kami menuju kebahagiaan yang selama ini kami harapkan.